Selasa, 08 Mei 2012

SURAT KECIL UNTUK TUHAN


Novel Surat kecil untuk Tuhan (True story of Gitta Sessa Wanda Cantika)

Adalah sebuah novel yang diangkat dari kisah nyata keke, seorang gadis remaja Indonesia yang telah meninggal tahun 2008 karena kanker ganas. Buku ini terjual lebih dari 50.000 exp, tahun 2011 telah diadaptasi ke layar lebar. Kisah Keke pernah di ulas dalam acara kick Andy dan ribuan air mata telah berjatuhan setelah membaca kisahnya.

(Buku ini bisa didapatkan di seluruh toko buku di indonesia dengan harga 38.800 (bonus cd), sebagian penjualan buku akan disumbangkan ke yayasan kanker. Filmnya akan ditayangkan pada 7 Juli 2011)

Hai Sobat, namaku Keke. Umurku 13 tahun ketika aku divonis mengalami penyakit kanker ganas bernama Rabdomiosarkoma, sulit bagiku untuk mengerti penyakit apa yang menyerang bagian wajahku itu bahkan untuk menyebut ulang nama penyakit itu, aku sangat kesulitan. Dokter bilang aku terkena kanker jaringan lunak yang sangat langkah dan menjadi orang pertama di Indonesia yang mengalami penyakit itu.

Aku sedih ketika ayahku menangis menolak permintaan dokter untuk melakukan operasi di wajahku. Dokter bilang: bila aku tidak melakukan operasi, maka hidupku tidak akan bertahan lama lebih dari 3 bulan. Aku sangat terkejut, karena penyakit itu tidak memiliki tanda-tanda apapun selain aku mengalami sakit mata yang diikuti dengan mimisan yang terjadi selama seminggu. Kanker itu hanya seukuran kuku jariku dan bersarang di bagian pelipis mataku, tapi operasi itu mengharuskan aku kehilangan sebagian wajah kiri dan mataku.

Ayahku tentu tidak akan rela aku kehilangan bagian wajahku karena aku adalah seorang anak gadis yang akan tumbuh dewasa bagaimanapun kelak. Aku tidak pernah paham seberapa menakutkan penyakit itu hingga aku merasakan sendiri bagian wajahku mulai membengkak sebesar bola tenis dan buta. Ketika aku menangis merasakan kesakitan, ayahku tidak pernah mau jujur mengatakan penyakit itu. Hingga akhirnya aku berjuang hidup selama 3 bulan mencari pengobatan tradisional dan seseorang ulama mengatakan padaku aku terserang kanker.

Perasaanku saat itu sangat hancur, aku tau hidupku tidak akan lama lagi dengan keadaan buta dan kehilangan pernafasan hidung sebelah kiriku. Aku menangis dan protes kepada Tuhan, mengapa ia tega merenggut masa remajaku dan kesempatanku untuk menjadi penyanyi dan model. Air mata yang berjatuhan setiap harinya tak pernah kulewatkan ketika rasa sakit kanker itu datang. Walau demikian aku sungguh beruntung, sahabat-sahabatku, keluargaku dan kekasihku selalu ada disampingku untuk memberikan dukungan tanpa henti.

Ketika aku mulai pasrah Tuhan menjemputku, Aku hanya berdoa berharap kepada Tuhan agar ia memberikan aku waktu lebih lama di dunia ini untuk mengucapkan selama berpisah dengan sahabat, kekasihku dan terutama untuk membuat ayahku bahagia lebih lama.Disaat itu aku tidak mampu berdiri dan mengalami kritis. Tuhan mendengar doaku, disaat itulah aku mendapatkan sebuah mujizat, seorang dokter menyelamatkanku dari penyakit itu disaat-saat terakhir hidupku. aku sembuh dan kanker diwajahku menghilang secara ajaib.

Aku merasakan kebaikan tuhan padaku dan melawan vonis kematian yang dikatakan dokter padaku, aku pun berjanji padanya mulai saat itu untuk bersyukur akan kehidupan yang ia berikan padaku. Usai penyakit itu hilang dalam hidupku, Aku melewatkan hari-hariku dengan bahagia bersama keluarga dan teman-temanku, aku menghabiskan waktuku dengan belajar kitab suci dan mendekatkan diriku pada Tuhan. Hidup-hidupku pun berlalu dengan bahagia walaupun pada akhirnya hal yang tak kuharapkan terjadi lagi dalam hidupku ketika kanker itu kembali padaku, kini ia menyerang wajah sebelah kananku.

Disaat aku mendapatkan vonis itu kembali, aku tidak lagi takut dan aku tidak lagi marah kepada Tuhan. Aku bersyukur padanya, ia memberikan aku kesempatan lebih lama di dunia ini untuk dapat bersama sahabat, keluargaku dan kekasihku.Walau air mata berjatuhan disampingku, aku berusaha untuk tegar dan mengatakan kepada semua orang, kalau ujian dalam hidupku adalah tanda sayang Tuhan kepadaku.

Dokter yang menyelamatkan hidupku pertama kalinya menyerah, ia tidak sanggup lagi menyelamatkanku. Aku hanya tersenyum dan berjanji untuk bertahan hidup hingga aku bisa melewatkan ujian terakhirku di dunia ini agar bisa lulus di bangku SMP. Walau aku buta dan lumpuh, aku berjanji pada Tuhan dan sahabat-sahabatku untuk lulus dan memakai seragam SMA.

Sobat, hidup adalah anugerah yang indah. Atas kebaikan Tuhan, aku mampu mengikuti ujian sekolah dengan kondisiku yang semakin parah. Aku bersyukur karena bisa lulus dengan baik dan sampai akhirnya mampu memakai seragam rok abu-abu bersama sahabat-sahabatku walau hanya sehari disaat sebelum aku harus dilarikan ke rumah sakit karena darah terus mengalir di hidungku.Kematianku semakin dekat dan itu bisa kurasakan disaat hembusan nafasku semakin berat.

Tapi aku tidak ingin pergi dari dunia ini tanpa menuliskan suratku kepada Tuhan..surat yang telah membuatku hidup sebagai seorang gadis yang berjuang untuk hidup dan ribuan anak-anak lain yang mengalami penyakit kanker yang sama denganku.

Aku berharap ketika aku tidak ada lagi di dunia ini, kisahku menjadi inspirasi bagi siapapun yang ada di dunia ini untuk bersyukur akan hidup. Karena Tuhan begitu mencintai kita dengan cobaannya.

Sobat.. bila ada tawa di dunia ini, maka akan ada tangis disampingnya.

Surat Kecil Untuk Tuhan

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini.

Tuhan…
Andai aku bisa kembali
Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,
terjadi pada orang lain.

Tuhan…
Bolehkah aku menulis surat kecil untuk-Mu

Tuhan…
Bolehkah aku memohon satu hal kecil untuk-Mu

Tuhan…
Biarkanlah aku dapat melihat dengan mataku
Untuk memandang langit dan bulan setiap harinya..

Tuhan…
Izinkanlah rambutku kembali tumbuh, agar aku bisa menjadi wanita seutuhnya.

Tuhan…
Bolehkah aku tersenyum lebih lama lagi
Agar aku bisa memberikan kebahagiaan
kepada ayah dan sahabat-sahabatku

Tuhan…
Berikanlah aku kekuatan untuk menjadi dewasa
Agar aku bisa memberikan arti hidup
kepada siapapun yang mengenalku..

Tuhan ..
Surat kecil-ku ini
adalah surat terakhir dalam hidupku
Andai aku bisa kembali…

Ke dunia yang Kau berikan padaku..

In memorial,

Gita Sesa Wanda Cantika.
15/07/91 s/d 25/12/06


Senin, 07 Mei 2012

THE BRAIN CHARGER-MUHAMMAD PIZARO NOVELAN TAUHIDI


Pasar Ciputat mendadak Ramai. Sebuah mayat mahasiswi terbaik ditemukan pada posisi mengenaskan. Satu petunjuk disisakan pelaku hanyalah tiga huruf bertuliskan ”MDR” dan angka 42. Seminggu kemudian, kampus Islam terbesar di Indonesia itu kembali dibuat geger. Ghefira Maylana Fasha, mahasiswa terbaik tahun 2006, ditemukan terbunuh. Di kaki kiri mahasiswi jurusan Kimia ini ditemukan bersamaan dengan kalimat bertulis Zweifel, Zweitracht, Zwitter. Ia terkubur di taman Fakultas Sains dan Teknologi yang didalamnya tertera relief Sudamanda, sebuah gambar ritual penyembahan Pagan pada era Dewi Isytar di Babilonia Kuno yang sarat dengan dunia numerologi.

Akan tetapi mahasiswa cantik memang banyak, tapi mahasiswi yang membedah kasus mutilasi dengan insting psikoanalisis hanyalah Anisatu Lexa Meteorika. Satu-satunya Mahasiswa ITB yang sengaja pindah ke kampus Islam hanya untuk membuktikan apakah Tuhan itu ada? Ironisnya, baru saja pindah ia sudah menjadi mahasiswa terbaik dan berkesimpulan Tuhan itu absurd. Ya persis seperti umpatan kaum Freudian pada umumnya. Baginya Tuhan,tuhan, dan TUHAN itu relatif. Mau ditaruh dimana saja huruf vokal itu tetap saja ilmu Tuhan adalah profan. “Tuhan sudah mati dan yang membunuhnya adalah kita,” kata Anisa menukil Nietszhe didepan mahasiswa Fakultas Dakwah yang menjadikan Sayyid Quthb sebagai idolanya.

Kasus mutilasi ini akhirnya mengundang sekolompok mahasiswa untuk memecahkannya. Mereka melihat jejak pembunuhan ternyata menyimpan sederetan kode-kode angka kuno yang menantang untuk dipecahkan. Mereka harus bertarung dengan waktu. Pelaku mengincar setiap mahasiswa terbaik di tiap tahunnya. Dan ironisnya, mereka adalah target seterusnya untuk dimutilasi. Padahal mereka belum juga usai melawan liberalisme pemikiran kampus demi mewujudkan sebuah cita: Membangun Peradaban!

Ya benturan peradaban yang akhirnya mempertemukan Anisatu Lexa sebagai mahasiswa liberal dengan Rizki yang begitu hanif. Jarak ideologi mereka bagaikan Madinah dan Argentina. Rizki adalah mahasiswa muslim yang begitu tawadhu sedangkan Anisa adalah dosen Psikologi pertama di kampus meski baru semester tiga.

“Bolehkah jika aku jatuh hati kepada seorang pria alim, baik, jujur? Kendati aku hanya sanggup berjilbab sebelum sampai garis finish: Tidak panjang, tidak lebar, terlebih longgar. Membiarkan poniku mencuri-curi keluar diterpa angin dan tidak ada handset mengelilingi gelangan tanganku,” ujar Anisa di dalam hati.

Selamatkah mereka dari incaran mutilasi? Betulkah kampus Islam adalah target mistisisme kuno di Indonesia? Apakah orang pintar mesti bahagia? Dikemas dengan bahasa mengalir dan mudah dicerna, novel ini akan membawa pembaca pada petualangan menegangkan dan sarat pengetahuan. Dari dunia numerologi, sains, psikologi hingga pergulatan cinta antara seorang hamba dengan TuhanNya. Dramatis. Menegangkan. Selamat menahan napas!


__Endorsment___

Serumit apapun suatu pemikiran, namun jika disajikan dalam bentuk novel, maka wacana itu akan lebih enak untuk dibaca. Novel The Brain Charger menunjukkan bagaimana kepiawaian penulisnya, bahkan bisa menjadi ikon bagi tren novel ilmiah seperti Roman Falasafi-nya Ibn Thufail. Saya terfikir suatu saat akan ada yang mengangkat novel ini ke layar lebar. (Prof. Abdul Mujib, Guru Besar Psikologi Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Sebuah novel atraktif dan menarik. Pembaca tidak akan dibawa pada cerita melankolis dan picisan, melainkan pada dunia pemikiran yang menarik dan kritis. Penulisnya yang adalah juga alumni UIN Syarif Hidayatullah seolah sedang melakukan oto kritik terhadap kampus yang telah membesarkan dan memberikannya ilmu. Sayang sekali bila pembaca melewatkan untuk membacanya. (Tiar Anwar Peneliti INSISTS)

Novel yang cukup apik dan kreatif ini mengajak kita untuk masuk ke dalam dunia misteri yang penuh teka-teki dan sarat dengan pengetahuan. Menceritakan pencarian panjang seorang perempuan feminis keturunan Jepang namun ateis dalam menemukan kembali cinta dan Tuhannya. Novel ini merupakan bentuk kegelisan dari penulisnya atas fenomena sekulerisasi dan liberalisasi dalam dunia pendidikan akhir-akhir ini. Trimanto (Aktivis Forum Lingkar Pena).